Pemilik Hati

Author: Tamara Kim

Cast: Oh Sehun

Tags: Fanfiction, Romance, Hurt, Oneshoot

Catagories: Oh Sehun, EXO, EXO-K

Note: Cerita akan wanita yang berperasaan dan selalu hanyut dalam keresahan. Namun apalah daya, ia terlahir dengan sifat yang sama sekali tak bisa mengutarakan amarahnya.

-o-

Jemarinya bertaut resah, lututnya tak henti bergerak karena kali ini ia benar-benar resah. Suaminya, Sehun, belum pulang hingga saat ini. Beberapa jam lalu Sehun sempat menghubunginyadengan nada riang karena akan pulang cepat saat ini dan berjanji akan melakukan makan malam di luar.

Sudah pukul sepuluh malam sedangkan Sehun berjanji jam tujuh tadi akan menjemputnya. Hampir satu jam Chaty berusaha berdandan secantik mungkin walau tetap saja, kecantikan natural selalu mendominasi wajahnya.

Ponsel Sehun tidak aktif membuat Chaty makin menggerakkan lututnya cepat. Jantungnya berdenyut pilu. Sehun adalah tipikal pemegang janji dan apabila berhalangan, ia akan menghubungi dengan cara apapun. Dan kali ini, Sehun seperti hilang begitu saja.

Resah, tentu saja. suaminya tak bisa dihubungi di mana-mana. Bahkan telepon kantornya tersambung namun tak kunjung diangkat.

Chaty berusaha berpikir positf.

Mungkin Sehun sedang terjebak macet.

Mungkin Sehun sedang rapat dadakan.

Mungkin ponsel Sehun sedang lemah baterai.

Mungkin..

Mungkin..

Dan mungkin..

Hatinya resah dan matanya mulai menghangat.

Bagaimana jika Sehun mendapatkan kecelakaan?

Bagaimana jika Sehun disandera?

Bagaimana…

Jika…

Chaty menutup wajahnya menahan tangis. Ia tak boleh menjadi cengeng. Suaminya adalah Sehun. Pria yang dapat ia jadikan pegangan hidupan. Oh Sehun, suaminya, tidak akan pernah berbohong!

Bagaimana jika Sehun memiliki kekasih di luar sana?

Bagaimana jika Sehun berselingkuh?

Bagaimana…

Terikan Chaty lolos begitu saja saat pemikiran buruk itu datang. Wajahnya bertengadah menahan air mata yang memupuk.

Ia tak boleh menangis.

Ia kuat.

Hanya saja, Chaty adalah perempuan. Perempuan yang berhati lembut dan sama sekali tak bisa marah. Sekalipun ia mencoba untuk marah pada siapapun, ia hanya dapat menghembuskan nafasnya dan tersnyum.

Seakan amarah yang tadinya berkobar kini terkena air begitu saja. Tak tersisa hanya meninggalkan asap yang tersenyum dengan mengatakan, ‘Tidak apa-apa, aku tidak marah. Kau tidak salah.’.

Mungkin di dunia, Chaty adalah tipikal idaman para lelaki. Tak bisa marah dan selalu melakukan tugas seorang istri dengan baik. Chaty adalah sosok yang sempurna, namun tidak ada manusia yang sempurna.

Hatinya, hatinya lah yang membuatnya tak sempurna.

Hatinya selalu resah dan mencoba kuat, padahal denyutan nyeri tepat di jantungnya terasa sakit saat resah. Terlebih saat ini, Sehun yang tak bisa dihubungi hingga lewat tiga jam!

Tak masalah jika hanya beberapa menit atau mungkin satu jam. Apabila lebih, mungkin dengan menghubunginya mengabarkan bahwa ia mendapatkan kendala itu sedikit membuat Chaty mengurangi rasa cemas yang menyerang dahsyat.

Chaty begitu larut dalam pemikiran negatifnya, pemikiran resah. hingga tak sadar pintu rumahnya terbuka yang menampilkan Sehun yang sedikit lusuh. Sarat akan ekspresi lelah.

“Sehun!” pekik Chaty saat melihat sosok suaminya ini benar-benar di depannya. Ini nyata! Suaminya sudah berada di depannya.

Tanpa berpikir dua kali, direngkuhnya tubuh jankung Sehun. Melupakan perbedaan tinggi tubuh mereka, “Oh Chaty..” panggil Sehun dengan hembusan nafas berat.

Perasaan lega menyelimuti hatinya. Wangi Sehun dalam pelukannya sangat nyata. Tak sadar hingga air matanya keluar begitu saja. Ia bersyukur Sehun tidak apa-apa.

“Chaty.. maafkan aku..”

Sehun mengurai pelukan istrinya, menatap wajah Chaty yang terbubuhi makeup tipis namun sukses memperkuat kecantikan alaminya. Makeupnya berantakan akan air mata Chaty.

“Maafkan aku Chaty, Aku tidak bermaksud.. maksudku.. aku..” Sehun menggantungkan kalimatnya. Istrinya yang menangis di hadapannya membuat tenggorokannya tercekat seketika. Mengapa jantungnya berasa pilu kali ini?

“Tidak apa-apa Sehun.. aku bersyukur kau tidak kenapa-kenapa saat ini.” Sahut Chaty di sela-sela isakannya.

Direngkuhnya kembali tubuh Chaty, mencoba menenangkan Chaty dalam keresahannya. Tubuh Chaty bergetar dalam pelukannya. Isakan itu makin terdengar jelas.

“Maafkan aku Chaty, ada meeting mendadak kemudian ponselku mati. Baru saja aku akan menghubungimu dengan telepon kantor, kolega penting sudah datang dan membuatku harus… maafkan aku..”

Sehun tak bisa melanjutkan kalimatnya. Kini Chaty terisak tertahan. Ini lebih memilukan dari sebelumnya. Baginya, keduanya sangat memilukan, tangis Chaty begitu berharga. Seharusnya istrinya tak pernah untuk menangis akan dirinya.

“Chatyku sayang, maafkan aku.. jika saja aku tidak terjebak macet, mungkin kita bisa melakukan makan malam sedikit telat tadi… maafkan aku oke?”

Pelukan itu terlepas kembali. Istrinya kali ini terlihat berantakan walau masih menyisakan raut cantik di wajahnya. Pandangannya menelusuri istrinya, jarang sekali Chaty mau repot-repot dandan untuknya.

Tak perlu makeup, Chaty sudah memiliki kecantikan dari dalam dirinya, namun kali ini Sehun baru sadar, istrinya rela dandan hanya untuknya. Makan malam yang dinanti istrinya namun Sehun malah merusaknya. Tidak, bukan Sehun. Melainkan kolega sialan yang sempat-sempatnya mencuri waktunya bersama istrinya ini. Chatelleya Keanne Oh.

“Chaty..” pelukan itu terjadi kembali, membuat tubuh kecil Chaty menghilang dalam rengkuhan tubuh jangkung Sehun. Ia ingin membuat istrinya tenang kembali, isakan itu benar-benar membuatnya merasa bersalah hingga ke inti sel.

Namun Chaty mencoba menjauh dari pelukannya. Pelukan itu terbiarkan terlepas oleh Sehun, ditatapnya Chaty mempelajari. Apa yang dipikirkan istrinya ini?

“Tidak Sehun..” Chaty berusaha berbicara dalam isakannya. Nafasnya putus-putus setelah menangis.

“Kau tidak perlu meminta maaf. Aku yang salah. Hatiku yang salah. Maksudku… aku mencoba menjadi seperti wanita lainnya yang mencoba kuat akan apa yang terjadi. Tapi … hatiku..” kalimatnya terhenti saat air matanya keluar begitu deras, membuatnya kerepotan bagaimana menahan tangis ini untuk melanjutkan kembali kalimatnya.

Sehun yang melihat istrinya ini langsung dipeluknya kembali, memberikan sentuhan lembut bagai bayi. Jemari Chaty berlari meuju dada Sehun. Memberikan pukulan lemah. Ia tak bisa marah. Chaty frustasi. Ia benar-benar ingin marah dan melampiaskannya pada Sehun. Namun yang terlihat hanya pukulan lemah pada dada Sehun.

Walaupun lemah Sehun dapat merasakan bagaimana kuatnya amarah yang terpendam dari istrinya ini. Bagaimana hati istrinya sakit akan dirinya.

Tangannya menangkup pukulan lemah Chaty. Mengangkatnya kemudian memberikan hadiah sebuah kecupan lembut di punggung tangannya. Seolah itu adalah gerakan sulap yang membuat Chaty semakin tenang.

“Aku ingin marah Sehun.. aku ingin seperti wanita lainnya yang mencoba kuat kemudian melampiaskan semua dengan  amarah… aku ingin marah padamu Sehun.. hiks.. aku benci dirimu..”

Chaty menangis kembali, dadanya terasa sesak menimbulkan rasa lemas pada sekujur tubuhnya hingga hampir limbung. Sehun yang tangkas langsung merengkuh kuat tubuh istrinya.

Bagaimana pun cara Chaty mengapresiasikan amarahnya, ia hanya menjadi sosok lemah. Menangis dalam diam kemudian tersenyum. Seolah senyum adalah obat mujarab akan sakit hati dan amarahnya.

Sehun menenangkan Chaty, mencoba menggendong tubuh kecil Chaty menuju kamar. Mendudukkan Chaty di pinggir ranjang kemudian menekukkan lutut di hadapan istrinya yang tengah tertunduk menahan tangis.

Ibu jarinya berlari ke arah pipi mulus Chaty, mengusap air mata itu menyisakan jejak bedak yang menghilang.

“Hei sayang..” panggil Sehun serak. Walau ia adalah lelaki, jika melihat istrinya terasa sakit seperti ini, ada ras sedih yang mendominasi dalam dirinya. Setelah hembusan nafasnya, Sehun kembali berucap,

“Kau berdandan untukku? Kau sangat cantik, Chaty… Aku Cantik. Sangat cantik. Kau tahukan aku tidak pandai berbohong..”

Chaty mencoba menahan tangis, memproses apa yang Sehun katakan. Ya, suaminya adalah sosok terjujur yang pernah ia temui. Sama sekali tak bisa berbohong dan memang tak pandai untuk urusan satu itu.

“Chatyku sayang..” digenggamnya tangan Chaty, mata mereka bertemu, menyalurkan rasa cinta yang memupuk dalam.

“Janganlah menjadi orang lain, aku mencintaimu setiap jengkal tentangmu sayang… entah kau bisa marah atau tidak.. entah kau membenciku atau tidak.. entah kau tidak mencintaiku atau tidak.. aku akan tetap mencintaimu Chaty..”

Mereka terdiam dalam keheningan khidmat. Ucapan cinta Sehun benar-benar tulus, Chaty merasa benar-benar beruntung memiliki suami seperti Sehun.

Tampan dan menawan dengan alis yang bertaut makin mempesona wajahnya yang aristokrat.

“Bagaimana jika aku sama seperti wanita lainnya?” Chaty angkat bicara. Pertanyaan itu langsung saja berada di benaknya hingga bibirnya bergerak untuk bertanya secara implusif.

“Kau tetap Chatelleya milikku..”

“Bagaimana jika aku bukan Chatelleya milikmu?”

“Maka aku akan berdoa pada tuhan untuk mengubah takdir agar Chatelleya Keanan menjadi milikku.”

Chaty tak bisa menahan senyumnya. Rasa hangat lansung merengkuh tubuhnya hingga pipinya yang memanas. Sehun tak pandai merayu tapi ia pandai akan berkata manis seperti saat ini.

“Aku akan selalu membuatmu bahagia Chaty,  itu adalah janjiku. Sekarang jadilah istri yang manis, hentikan tangismu dan tersenyumlah. Tangismu hanya boleh terlihat saat bahagia bersama ..

Oh Sehun, suamimu.”

THE END?

Leave a comment